Nama : MOCHTAR KUSUMAATMADJA
Lahir : Jakarta, 17 April 1929
Agama : Islam
Pendidikan : - Fakultas Hukum UI, Jakarta (1955)
- Sekolah Tinggi Hukum Yale, AS (1955)
- Universitas Padjadjaran, Bandung (Doktor, 1962)
- Universitas Harvard dan Universitas Chicago, AS (1964-1966)
Karir : - Wakil Indonesia pada Konperensi Hukum Laut, Jenewa, Colombo, Tokyo (1958-1961)
-Wakil Indonesia pada Sidang PBB mengenai Hukum Laut, Jenewa dan New York
- Guru Besar dan Dekan Fakultas Hukum Unpad
- Menteri Kehakiman (1970-1978)
- Menteri Luar Negeri (1978-sekarang)
Kegiatan Lain : - Ketua Umum PB Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi), sejak 1986
Karya : - Antara lain: Hukum Laut Internasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1978
Alamat Rumah : Kompleks Perumahan Menteri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan
Alamat Kantor : Jalan Pejambon 1, Jakarta Pusat
|
|
MOCHTAR KUSUMAATMADJA
Ketika menjadi anggota Panitia Pusat Peringatan Konperensi Asia-Afrika di Bandung, ia pernah mengatakan bahwa kebijaksanaan diplomasi kita tidak lagi "malu-malu" (low profile). "Sebab, keadaan dalam negeri kita sudah memungkinkan," ujarnya. Sebagai buktinya, Indonesia banyak berperan dalam kepanitiaan di forum PBB. Misalnya, dalam Komite Apartheid dan Komite Angkasa Luar.
Mochtar dikenal cepat berpikir dan suka berkelakar.Seolah segala perkara mudah baginya. Tetapi, ia pernah sekali mendapat pengalaman pahit, 1962. Ia dipecat dari jabatannya sebagai guru besar di Universitas Padjadjaran, Bandung, oleh Presiden Soekarno (alm.) melalui telegram dari Jepang. Konon, itu terjadi karena ia sering mengkritik pemerintah saat itu, misalnya menggelitik Manifesto Politik Soekarno.
Lulus FH UI 1955, ia meraih gelar doktor dalam ilmu hukum internasional dari Unpad, 1962. Mochtar juga banyak melakukan telaah ilmu hukum di berbagai universitas, seperti Universitas Yale, Harvard Law School, Universitas Chicago, Trade of Development Research Fellowship, selama dua tahun -- sejak 1964.
Pengalamannya berunding dengan negara-negara tetangga, terutama dalam menetapkan batas laut teritorial, batas darat, dan batas landas kontinen, menghasilkan karya tulis yang mendasari penerbitan Undang-Undang Landas Kontinen Indonesia, 1970. Penyebaran konsep Wawasan Nusantara ke seluruh Indonesia, yang semula melalui bangku universitas, sempat terhenti karena pemecatan. Baru pada 1969 dapat disebarkan lagi melalui Konsorsium Ilmu Hukum yang diketuainya.
Karier diplomasinya dimulai pada usia 29 tahun. Ia sering mewakili Indonesia dalam konperensi internasional mengenai hukum laut. Pada 1970, Mochtar diangkat menjadi Menteri Kehakiman. Tetapi, ia lebih menonjol dalam jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri, sejak 1978.Di bawah Mochtar, politik luar negeri Indonesia mulai berpaling ke sebelah timur dan tenggara (Pasifik), tidak lagi terbatas di Asia Teggara. "Kalau tak lekas diperhatikan, bisa menjadi sumber kekalutan," katanya. Untuk itu, Indonesia menjajaki kemungkinan menjadi peninjau pada sidang Forum Pasifik Selatan, yang anggotanya, antara lain, Australia dan Papua Nugini.
Diplomasi kita pun mengalami perkembangan. Masalah ekonomi memerlukan diplomasi antarnegara. Dan, sudah 12 kota perwakilan RI di mancanegara, yang dipandang potensial, dijadikan tempat promosi untuk menarik investasi ke Indonesia. Kesenian dan kebudayaan juga akan dijadikan sarana diplomatik.
Mengenai normalisasi hubungan dengan RR Cina, menurut dia, Indonesia belum mau selama tidak ada jaminan dari RRC tidak akan membantu gerakan subversif terhadap pemerintah RI yang sah. "Luka lama memang sulit dilupakan, biarlah hubungan dagang dulu saja," katanya. Hubungan dagang itu, menurut dia, lebih baik daripada melalui negara ketiga, Hong Kong atau Singapura. Sebab, sudah lama barang-barang RRC masuk ke sini tanpa diketahui liku-likunya, dan bisa jadi kita akan bergantung kepada negara ketiga itu.
Menlu yang suka mengecat rambutnya dengan Polycolor warna cokelat dan hitam ini ternyata mengetahui banyak urusan dapur. Ia pun menjadi anggota Perkumpulan Gastronomi Indonesia. Satu di antara resep masakannya ialah "Oseng-Oseng Tahu-Tauge". Dalam seni dapur ini Menteri, yang selalu mengantungi sisir bila berkeliling dunia, itu punya cita-cita: ingin menulis buku masak untuk orang yang sibuk.
Pada akhir 1985, ia menjadi Ketua Umum Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi), yang berdiri sejak 1950. "Orang tua seperti saya ini hendaknya mencari olah raga yang tidak membutuhkan banyak tenaga," katanya. Karena itulah, ia gemar bercatur. Dan, jika ada perayaan ulang tahun departemennya, atau hari-hari besar, Mochtar selalu ikut pertandingan catur antarkaryawan -- kalau tidak sedang sibuk.
|