Nama : MOCHTAR YASSIN
Lahir : Solo, Jawa Tengah, 15 Juni 1929
Agama : Protestan
Pendidikan : - HIS
- MULO
- SMA
- Deutsche Hoch Schule Fur Korperkulture, Leipzing, Jerman Timur (1961)
- Mengikuti penataran pelatih Loncat Indah World Diving Coaches Association di AS, Kanada, Jerman Barat, Rusia, Yugoslavia, dan Swiss
Karir : - Ketua PRSI Jawa Tengah (1953-1960)
- Ketua Panitia Teknik Loncat Indah PRSI/Pelatih Loncat Indah Indonesia (1960)
- Pegawai Ditjen PLSPO (Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olah Raga) Departemen P & K (1966-1985)
- Staf Ketua Harian KONI Pusat (1980-1985)
- Pelatih Nasional Loncat Indah (sekarang)
Kegiatan Lain : - Anggota Federasi Renang Internasional (1972- 1980)
- Anggota Presidium World Diving Coaches Association (1972- 1980)
Alamat Rumah : Jalan Olah Raga VI No. 5, Kemanggisan Ilir, Slipi, Jakarta Barat Telp: 542563
Alamat Kantor : Gedung KONI Pusat, Senayan, Jakarta Telp: 582106
|
|
MOCHTAR YASSIN
Pada 1959, Menteri Olah Raga Maladi mengirim Mochtar Yassin mengikuti coaching clinic loncat indah di Deutsche Schule fup4r Korperculture (DSFK) di Leipzig, Jerman Timur. Pulang pada 1961, ia menangani regu loncat indah Indonesia ke Asian Games IV di Jakarta. Hasilnya lumayan: sebuah medali emas lewat Lanny Gomulya, dan sebuah medali perunggu lewat adik Lanny, Billy Gomulya.
"Itulah medali emas satu-satunya bagi Indonesia ketika itu," komentar Mochtar bangga. Hampir seperempat abad telah berlalu, sedangkan Mochtar Yassin -- malah sebagai pelatih nasional -- masih bertahan di posnya yang lama, menurunkah prestasi para peloncat indah Indonesia? "Tidak," jawab anak Solo, Jawa Tengah, yang mengaku menyukai renang dan loncat indah sejak masih anak-anak. "Justru makin maju!"
"Oom Yassin" -- ini panggilan akrabnya -- mempunyai alasan. Peloncat indah Indonesia dari generasi Asian Games IV, katanya, dapat berprestasi baik karena lompatannya lebih sederhana dan faktor kesulitannya rendah. Peloncat indah Indonesia sekarang mampu melompat dengan faktor kesulitan lebih tinggi. Misalnya: 3,5 salto ke depan, 2,5 salto sudut, dan "dobel skrup". Mereka juga rata-rata mampu mencapai nilai lompatan sekitar 500 -- bandingkan dengan peloncat kaliber dunia: 650-an.
"Jadi, tidak benar prestasi peloncat indah kita menurun," ujar pengagum peloncat indah Gregory Louganis (AS) dan peloncat putri Xiaoxia Chen (RRC) itu. Ia menunjuk kenyataan, pada setiap SEA Games, Indonesia selalu mendominasi nomor loncat indah. Seorang pelatih loncat indah Australia, konon, pernah terperanjat akan mutu para peloncat Indonesia. "Lho, 'kan Indonesia sudah cukup hebat? Saya mau mengajar apa lagi?" begitu kabarnya pelatih Australia itu berkata.
Di masa remajanya, anak bungsu dari 8 bersaudara itu pernah memperkuat tim polo air, disusul sebagai pelatih renang, regu Jawa Tengah. Pada usia 23 tahun, ia manajer tim renang, loncat indah, dan polo air Jawa Tengah ke PON II, 1952, di Jakarta. Berkantor di Gedung KONI Pusat, Senayan, ia kini Sekretaris Ketua Harian Komite Olah Raga Nasional Indonesia itu. Berapa gajinya sebagai pelatih nasional? "Rp 200 ribu," jawab Yassin.
Sebagai pelatih, Yassin terbilang bertangan dingin. Dari binaannya, di samping Lanny dan Billy Gomulya, juga lahir Mirna Hardjolukito, Siantyningsih, Herly Ramayani, dan -- lewat kejuaraan antarklub di Jakarta, Desember 1984 -- Dwi Maryastuti, juara umum bagian putri. Pengarang buku Pedoman Mengajar dan Teknik Loncat Indah Modern, terbitan Departemen Pendidikan & Kebudayaan 1980, ini menikah dengan Indriawati. Almarhum istrinya itu meninggalkan tiga anak. Seorang di antaranya, Herawati, mengikuti jejak sang ayah dengan menjadi juri loncat indah.
|