Nama : MUHAMMAD ISMAIL
Lahir : Maos, Cilacap, Jawa Tengah, 31 Desember 1927
Agama : Islam
Pendidikan : - HIS (1940)
- MULO (tidak selesai, 1942)
- SMP (1945)
- Akademi Militer Nasional
- BTC
- LUP
- Kupaltu Infanteri
- Kupalda Infanteri
- Generalstab der Fuhrungs Akademie der Bundes Wehr, Jerman Barat
- Lemhanas
Karir : - Danyon Secapa (1963-1964) Wakil Asisten 2 Kas Kostrad (1964-1967)
- Sekretaris Lemhanas (1975)
- Kepala Staf Kostrad (1976)
- Pangdam II/Bukit Barisan (1977-1980)
- Pangkostrad (1980)
- Pangdam VII/Diponegoro (1981-1983)
- Gubernur Jawa Tengah (1983-sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Puri Gede 8, Semarang
Alamat Kantor : Jalan Taman Menteri Supeno 2, Semarang
|
|
MUHAMMAD ISMAIL
Gubernur Jawa Tengah ini, pada dasarnya, tidak banyak bicara. Penampilannya kalem. Tetapi, begitu ia melontarkan pernyataan, banyak orang yang kaget. Misalnya, ketika ia melarang pergelaran musik rock di Semarang, yang ia nilai tidak cocok dengan kepribadian Jawa Tengah. Lalu, mengumumkan perang terhadap kegiatan rally mobil, yang disebutnya terlalu bermewah-mewah.
Ismail suka sekali turun ke desa-desa. Ia memperkenalkan wawasan Jawa Tengah, yakni suatu identitas budaya yang cocok untuk wilayah itu. "Korban" pertama kebijaksanaannya ini adalah dibongkarnya kembali bagian depan bangunan RSU Purwokerto yang bergaya Eropa. Ismail minta agar bagian depan itu berbentuk joglo, khas Jawa Tengah.
Sejak itu, banyak yang mengira, identitas Jawa Tengah untuk bangunan hanyalah joglo. Ternyata tidak. "Bentuk joglo hanya salah satu ciri khas arsitektur Jawa Tengah," katanya di Solo, Juni 1985. "Banyak bentuk lain, limasan, model kampung, dan sebagainya. Jangan mandek pada bentuk joglo saja."
Gubernur yang banyak senyum ini pernah mengenyam kuliah di Untag, Jakarta, mengambil bidang ketatanegaraan dan ketataniagaan. Kuliah itu tidak sampai berakhir, karena karier militernya terus menanjak. Ia dikirim belajar ke Jerman Barat, di Generalstaff Der Fuhrungs Akademie Der Bundes Wehr.Pernah menjabat Sekretaris Lemhanas, sebelum diangkat sebagai Kas Kostrad, 1976. Hanya setahun, ia dipindahkan menjadi Pangdam II Bukit Barisan, sampai 1980. Kemudian ditarik kembali menjadi Panglima Kostrad ke-16, menggantikan Letjen Wiyogo Atmodarminto. Huru-hara rasial meledak di Jawa Tengah, dan Ismail diangkat sebagai Pangdam VII Diponegoro, dua bulan setelah huru-hara itu.
Hanya dua setengah tahun memangku jabatan Pangdam VII Diponegoro, ia diganti, dan sempat beberapa bulan tidak memegang jabatan apa-apa. Tetapi masyarakat Jawa Tengah sudah mendengar, Ismail dipersiapkan memegang jabatan gubernur, menggantikan Soepardjo Rustam yang diangkat sebagai menteri dalam negeri. Setelah memenangkan pemilihan di DPRD, ia dilantik sebagai gubernur definitif, 24 Agustus 1983.
Ayah delapan anak ini -- dari perkawinannya dengan E. Soemarsiyah -- fasih berbahasa Belanda, Jerman, dan Inggris. Namun, ia dengan tegas membabat habis istilah-istilah asing yang banyak digunakan sebagai nama toko atau perusahaan. "Masa kita tak mau menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa perjuangan," katanya. Harian Suara Merdeka, Semarang, lewat edisi Minggu Ini, menobatkan Ismail sebagai Man of the Year 1984. Penghargaan itu disambutnya dengan rendah hati, bersanding dengan sepuluh bintang dan tanda jasa yang pernah diterimanya dari pemerintah.
|