Nama : MUDAHAM TAUFICK ZEN
Lahir : Mentok, Bangka, Sumatera Selatan, 14 Agustus 1931
Agama : Islam
Pendidikan : - SD, Mentok (1943)
- SMP, Pangkalpinang (1949)
- SMA, Bandung (1953)
- ITB, Bandung (1958)
- Jurusan Geofisika Universitas California, Berkeley, AS
Karir : - Anggota Panitia Teknis Energi (1975-1976)
- Guru Besar dan Kepala Laboratorium Geofisika ITB
- Asisten Menteri Riset dan Teknologi (1973-sekarang)
- Guru Besar Tamu Universitas Nasional, Australia
Kegiatan Lain : - Konsultan US Steel Corporation
Karya : - Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup, ed, Gramedia, 1978
- Sains Teknologi dan Hari Depan Manusia, Gramedia, 1981
Alamat Rumah : Jalan Bukit Dago Utara 24, Bandung
Alamat Kantor : Kampus ITB, Jalan Ganesha 10, Bandung BPPT, Jalan Thamrin 8, Jakarta Pusat
|
|
MUDAHAM TAUFICK ZEN
Alumni Jurusan Geologi ITB ini biasa dipanggail Zen. Di luar negeri ia dikenal dengan nama Taufick. Ayahnya, Mochammad Zen, Wedana Mentok, Pulau Bangka, Sumatera Selatan, dan ibunya, Yang Huzaizah, mendidik anak bungsu ini untuk berprestasi dan mampu mandiri. Semasa belajar di SMA St. Aloysius Bandung, Zen sudah mengajar di SMP swasta.
Memperdalam geofisika di Universitas California, Berkeley, AS, ia juga mempelajari termodinamika, geotermal, fisika, matematika, dan morfologi gunung berapi. Sempat membantu Harouwn Tazief, vulkanolog Prancis yang melakukan penelitian dua tahun di Indonesia. Sembilan buku hasil penelitian Tazief selalu mencantumkan nama guru besar ITB ini.
Memperkenalkan geotermal, atau panas bumi, Zen mengatakan, "Sepuluh tahun lagi energi minyak sudah dapat diabaikan. Penggantinya macam-macam: kayu, panas permukaan laut, panas bumi, matahari, dan angin." Ia menunjukkan contoh proyek pusat listrik panas bumi kawah Kamojang di Garut, Jawa Barat, yang dibangun pada 1984."Adapun panas kayu dan panas permukaan laut masih sedang dalam penyelidikan," katanya. Sebagai Deputi Ketua Bidang Pengembangan Kekayaan Alam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Zen ikut dalam penelitian geofisika dan geodinamika menjamah lantai dasar Selat Sunda, 1985.
Ekspedisi kelautan ini diberi nama Operasi Krakatau (OK). Tujuannya, "Secara praktis untuk pengamanan daerah, dan secara teoretis untuk membuktikan hipotesa yang menyatakan kawasan penelitian itu 'daerah engsel'," tuturnya. Penelitian ini merupakan perwujudan kerja sama IndonesiawPrancis yang dijalin sejak 1980.
Sebagai asisten Menristek yang menangani masalah pengembangan sains dan teknologi, ia yakin, "Sekitar 1987 kita mampu menggunakan teknologi tinggi untuk industri." Disebutnya contoh industri pesawat terbang Nurtanio, dan pabrik baja Krakatau Steel. Cuma, ia khawatir akan keadaan laut Indonesia sekarang. "Pencemaran logam dari darat, dan pembasuhan kapal yang membuang minyak kotor, dapat merusakkan ekosistem penghidupan di bibir pantai," katanya.
Pemegang bintang jasa pemerintah Prancis, Chevalier de la Legion d'Honeur, ini menikah dengan Cinta Padmajaya, dan beroleh dua anak. Di samping menjadi penulis tetap rubrik Teleskop di majalah berita mingguan TEMPO, ia banyak menulis di berbagai penerbitan dalam dan luar negeri. Ia gemar mendengarkan musik klasik. Olah raganya, mendaki gunung, naik kuda, dan berenang.
|