Nama : MOCHTAR BUCHORI
Lahir : Yogyakarta, 9 Desember 1926
Agama : Islam
Pendidikan : - SR, Yogyakarta (1939)
- MULO, Yogyakarta (1945)
- SGB/SGA, Yogyakarta (1948)
- Paedagogische Leergang, Bandung (1954)
- Universitas Nebraska Lincoln, Nebraska, AS (M.Ed., 1957)
- Universitas Harvard, Cambridge, Massachussetts, AS (M.A., 1969 dan Doktor, 1975)
Karir : - Guru Sekolah Pendidikan Guru, Yogyakarta dan Bandung (1949-1954)
- Asisten Peneliti Laboratorium Psikologi, Pusat Pendidikan Guru, Bandung (1954-1955)
- Koordinator Penelitian Pusat Penelitian Pendidikan IKIP Bandung (1957-1958)
- Dosen Psikologi Pendidikan IKIP Bandung (1957-1964)
- Direktur Pusat Penelitian IKIP Bandung (1958-1961)
- Pembantu Rektor Bidang Akademis IKIP Bandung (1964-1965)
- Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (PLPIS) FIS UI (1975-1977)
- Dosen IKIP Semarang (1978-1980)
- Deputi Ketua LIPI bidang Ilmu Pengetahuan Sosial Kemanusiaan (IPSK) (1980-sekarang)
Karya : - Antara lain: Pola Tingkah Laku Birokrasi sebagai akibat Pengaruh Kebudayaan LIPI dan LAN, Jakarta 1981
Alamat Rumah : Jalan Bacang I/18, Blok D I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 732460
Alamat Kantor : Gedung Widya Graha, Jalan Gatot Subroto 10, Jakarta Selatan Telp: 512085
|
|
MOCHTAR BUCHORI
Ketekunannya mendalami ilmu pendidikan telah mengangkat Mochtar Buchori sebagai ahli perencanaan pendidikan dengan gelar doktor -- sebuah posisi langka di tanah air. Dan pada suatu hari, di tahun 1985, ia berkata, "Menurut pandangan dan perasaan saya, ilmu pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis identitas. Sarjana-sarjana pendidikan di Indonesia kurang berani merumuskan kembali daerah kajian ilmu pendidikan itu."
Nada bicara Mochtar memang, seperti kata seorang intelektual Indonesia, sering cenderung lurus dan spontan. Sempat pula ia mendapat sorotan dan tuduhan sebagai intelektual yang kebarat- baratan. Bahkan, tuturnya, "Karena saya dituduh sebagai orang PSI (Partai Sosialis Indonesia), nama saya selalu digugurkan ketika hendak melamar mendapat beasiswa."
Itu cerita masa Orde Lama. Sebab, di zaman Orde Baru, tepatnya pada 1968, ia berhasil mendapat beasiswa dari Yayasan Ford untuk mendalami educational planning di Universitas Harvard, AS. Gelar doktor ia raih pada 1975 dengan disertasi An Evaluative Study of Public Service Programme for University Student in Indonesia. Sebenarnya, jauh sebelum itu, yaitu 1954, lelaki yang pernah mengajar di sekolah menengah di Dongkelan, Yogya, ini juga sempat memperoleh beasiswa mempelajari Sejarah dan Filosofi Edukasi di Universitas Nebraska, AS -- dan pulang pada 1957.Pada masa Mashuri menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan, Mochtar adalah asisten khusus menteri bidang pendidikan. Pada 1970-1973, ia antara lain mendapat tugas mengembangkan tiga model sekolah, yaitu model 12 kelas di Semarang, model small town 8 tingkat di Salatiga, dan model rural 5 tingkat di Basito, Kudus -- semuanya masuk wilayah Jawa Tengah.
Ketika masih kanak-kanak, lelaki berkulit agak gelap ini bercita-cita hendak menjadi guru. "Waktu itu, guru adalah orang yang terpandang, terpelajar, dan hidup tidak melarat," katanya memberi alasan.
Mochtar lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya, R. Moh. Dimyati, adalah seorang priayi aktivis Muhammadiyah, yang kemudian menjadi Kepala KUA di Yogya. Di kota kelahirannya itu, sewaktu masih belajar di SGB dan SGA, Mochtar tergabung dalam klub musik sekolahnya. Dan sebagai pemegang biola, ia pun menjadi anggota Kelompok Ansambel bersama para perawat-perawat Rumah Sakit Bethesda, Yogya. Sempat pula ia menjadi dirigen koor untuk kelompok musik itu. Sewaktu menjadi dosen di IKIP Bandung, Mochtar juga tergabung dalam Kelompok Musik Kamar setempat -- sampai 1963. Sekarang, dalam kedudukannya sebagai Deputi Ketua LIPI, ia sudah tidak punya waktu lagi memainkan musik kecintaannya itu, paling- paling hanya mendengarkan.
Ayah lima anak ini tidak merokok, dan rajin bersenam tiap pagi selama 10w15 menit.
|