Nama : MYRA SIDHARTA
Lahir : Tanjungpandan, Sumatera Selatan, 1927
Agama : Protestan
Pendidikan : - ELS, Tanjungpandan (1940) HBS, Amsterdam (1948)
- Rijks Universiteit, Leiden (1958)
Karir : - Lektor Fakultas Psikologi UI (1958-1969)
- Lecturer Faculty Perubatan University Malaya di Kuala Lumpur (1968-1971)
- Dosen Tidak Tetap FS UI (1977-sekarang)
Kegiatan Lain : - Anggota Pengurus Yayasan Pengembangan Kreativitas (1980-sekarang)
- menulis cerpen
Karya : - Menuju Kesejahteraan Jiwa bersama M.A.W. Brouwer & Anna, Gramedia 1977
- Rumah Sakit dalam Cahaya Ilmu Jiwa, bersama Id Alisjabana, Grafidian Jaya 1983
- Kepribadian & Perubahannya, bersama M.A.W. Brouwer, 1979, cetakan V, 1984
Alamat Rumah : Jalan Prapanca Raya 27, Kebayoran Baru, Jakarta 12160 Telp: 772496
Alamat Kantor : Jalan Daksinapati 22, Rawamangun, Jakarta Timur
|
|
MYRA SIDHARTA
Sebagai psikolog, Myra Sidharta tidak bersedia membuka praktek konsultasi. "Saya sakit hati kalau saran-saran saya tidak dipedulikan," katanya, memberi alasan. Menurut wanita yang biasa dipanggil dengan nama "Moy" ini, banyak orang yang masih salah sangka terhadap psikolog. "Mereka juga kecewa ketika hanya diberi nasihat, bukan obat," katanya.
Oleh karena itu, Moy lebih merasa sreg menulis buku saja. Yang sudah terbit: Menuju Kesejahteraan Jiwa, (bersama M.A.W. Brouwer, cetakan VI, 1984), Keribadian dan Perubahannya (juga bersama M.A.W. Brouwer dkk.), cetakan V, 1984), Rumah Sakit dalam Cahaya Ilmu Jiwa, (1983), dan Penilaian Psikologis terhadap Anak-Anak dengan Brain Disfunction (1973).
Kecuali buku psikologi, Moy juga menulis cerpen. Panggil Audrey Saja merupakan judul cerpennya yang mendapat penghargaan Sayembara Kincir Mas dari Negeri Belanda, dan diterbitkan dalam antologi Dari Jodoh Sampai Supiah (1976).Belakangan, ia menekuni sinologi -- bidang yang sebenarnya bukan hal baru bagi wanita yang dilahirkan dengan nama asli Oyong ini. Sebab, ia juga dosen luar biasa pada program Studi Cina Fakultas Sastra UI, antara lain mengajar Sejarah Pemikiran Cina.
Ia anak ketiga dengan enam saudara -- semua wanita. Ayahnya, Aw Jong Boen Boen Sen, berasal dari Belitung, terakhir bekerja sebagai akuntan. Sudah sejak kecil, "Saya ingin mandiri," tutur Moy. Pada usianya yang ke-17, atas izin orangtuanya, ia meninggalkan Belitung, pergi ke Jakarta, dalam rangka hendak memperbaiki pendidikan formalnya, yang terpotong akibat kedatangan Jepang.
Namun, lantaran ia sebelumnya hanya berpendidikan setingkat ELS (Europese Lagere Scholl), di Jakarta tidak bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi. Untuk mengatasi keadaan, Moy minta kepada ayahnya untuk dikirim ke Negeri Belanda.
Lulus HBS di Amsterdam 1948, Moy melanjutkan ke jurusan psikologi Rijksuniversiteit di Leiden. Di perantauan itu pula ia bertemu dengan Priguna Sidharta, yang di kemudian hari menjadi doktor ahli saraf tersohor. Mereka menikah pada 31 Januari 1953. Dikaruniai tiga anak, pasangan ini gemar bermain golf.
|