Nama : MOCH. SANOESI
Lahir : Bogor, Jawa Barat, 15 Februari 1935
Agama : Islam
Pendidikan : - SR (1949)
- SMP (1952)
- SMA (1955)
- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta (1962)
- Seskopol (1971)
- Seskogab (1977)
Karir : - Perwira Kepala Tugas Umum Mabak (1962)
- Perwira pada Kantor Komisariat Polisi, Jawa Timur (1962)
- Komandan Resort 1051, Madiun (1968)
- Kepala Staf Komdin, Kediri (1968-1972)
- Perwira Bantuan 3 Litbang Kobangdiklat Polri (1977)
- Kadis Litbang Polri (1978)
- Kas Kobangdiklat Polri (1980)
- Kapolda XIII/Kalimantan Selatan (1982-1984)
- Asisten Kamtibmas Kasum ABRI (1984-1985)
- Kapolda Jawa Tengah (1985-1986)
- Kepala Kepolisian RI (sejak 1986)
Alamat Kantor : Markas Besar Polri Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
|
|
MOCH. SANOESI
Ketika Pangab Jenderal L.B. Moerdani mengumumkan nama Kepala Kepolisian RI (Kapolri) yang baru, April 1986, Mayor Jenderal Mochamad Sanoesi sedang berada di Jerman Barat, melakukan semacam studi perbandingan. Pulang ke tanah air, tokoh yang baru sebelas bulan bertugas sebagai Kapolda Jawa Tengah itu tidak terburu-buru menjawab pertanyaan wartawan. "Kalau bicara soal Jawa Tengah, silakan," katanya. "Sehari semalam pun akan saya layani."
Pada 18 Juni 1986, Presiden resmi melantik Sanoesi dalam jabatannya yang baru. Ketika itu, perwira tinggi dari generasi bukan Angkatan 45 ini sudah menyandang tiga bintang di pundak. Lulusan PTIK, Seskopol, dan Seskogab ini dikenal suka membina hubungan dengan bawah dan samping. "Dia seorang komandan yang sekaligus kawan, bertangan dingin seperti kiai," ujar seorang perwira menengah, bekas bawahannya di Polda Jawa Tengah.
Di bawah Sanoesi, Jawa Tengah keluar sebagai pelaksana terbaik Operasi Zebra 1985 untuk seluruh Indonesia. Ia juga membuka lembaran sejarah baru dengan mengasuransikan sekitar 23 ribu anggota polisi dan karyawan sipil Polda Jawa Tengah melalui penandatanganan kerja sama dengan PT Asuransi Jiwasraya.
Lulus PTIK angkatan ketujuh, 1962, Sanoesi ditempatkan di Madiun, Jawa Timur. Dari sana ia ditarik ke Markas Besar Polri, dan banyak bertugas di Komando Pengembangan Pendidikan dan Latihan Polri. Ia pernah menjabat Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Polri, dan Kepala Staf Kobangdiklat Polri, hingga 1982.
Dari pusat, ia kemudian dipromosikan menjadi Kapolda Kalimantan Selatan, dengan pangkat brigadir jenderal. Setelah dua tahun, Sanoesi ditarik lagi ke Jakarta dan diserahi jabatan Asisten Kamtibmas Kasum ABRI. Pada 1 Juni 1985, ia diangkat sebagai Kapolda Jawa Tengah, sebelum akhirnya terangkat ke jabatan puncak Kepolisian RI.
Dari data yang bisa dikumpulkan, ada penurunan angka kejahatan di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta semasa Sanoesi menjabat Kapolda di situ. Namun, dalam sebuah kesempatan, ia mengatakan bahwa wujud kriminalitas sekarang tidak lagi hanya terbatas pada pelanggaran norma-norma hukum saja. Melainkan sudah meliputi pelanggaran norma-norma sosial, agama, kemasyarakatan, maupun kepentingan politik. Modus operandi semakin luas, begitu pula jaringan dan operasinya.
Itu sebabnya, pada akhir masa jabatannya di Jawa Tengah, Sanoesi sempat menggalang kerja sama dengan perguruan tinggi (UNS, Unsoed, IAIN Wali Songo, Untag, Undip), untuk meningkatkan fungsi masing-masing, dan membantu tugas-tugas polisi, misalnya dalam penanggulangan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotik.
Meski sering bertugas di staf, Sanoesi dinilai rekan-rekannya tidak canggung bergerak di lapangan. Ia suka bekerja keras, dan teliti menangani soal. Dalam kehidupan sehari-hari, perwira tinggi yang mahir berbahasa Inggris dan Belanda ini dikenal sebagai orang yang taat beribadat. "Dalam rapat pun, bila tiba saat salat, ia selalu minta izin, atau menunda rapat bila kebetulan dia yang memimpin," ujar seniornya yang kini sudah purnawirawan.
Sanoesi menikah dengan Nani Suryani Surawijaya, yang dikenalnya di Sukabumi, sekitar 30 tahun silam. Mereka dikaruniai tiga anak, yang sulung sudah meraih gelar sarjana ekonomi. "Dia itu orang yang taat waktu," tutur Ny. Sanoesi, mengenai suaminya. "Pada waktu pacaran dulu, hari dan jam apelnya tak pernah berubah. Bila bukan hari apel, biar seribu kali saya panggil, dia tak bakalan datang."
|