Nama : MOHAMAD Sarengat
Lahir : Banyumas, 28 Oktober 1940
Agama : Islam
Pendidikan : - SD
- SMP, Pekalongan
- SMA Negeri I, Jakarta (1961)
- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1971)
Karir : - Juara I lari 100 meter (10,4 detik) dan Juara I lari gawang 110 meter (14,3 detik) di Asian Games IV 1962 (Jakarta)
- Juara I lari estafet di Ganefo 1963 (Jakarta)
- Ketua Bidang Pembinaan PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), sekarang
- Kepala RS Pusdikes TNI AD, Jakarta (1971 -- sekarang)
- Dokter Pribadi Wakil Presiden RI (1974-1979)
Alamat Kantor : RS Pusdikes TNI AD Kramat Jati, Jakarta Timur
|
|
MOHAMAD Sarengat
Pada Asian Games IV 1962 di Jakarta, ia memecahkan rekor lari 100 meter dalam 10,4 detik, dan lari gawang 110 meter dalam 14,3 detik. Rekor atletik ini belum terpecahkan sampai sekarang. Moh. Sarengat lalu dijuluki "pelari tercepat di Asia".
Kini, dokter berpangkat letnan kolonel TNI-AD ini mengetuai Bidang Pembinaan PB PASI dan memimpin RS Pusdikes AD di Kramat Jati, Jakarta. Sebelumnya hampir sepuluh tahun ia menjadi dokter pribadi dua wakil presiden RI: Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Almarhum Adam Malik.
Bakat olah raga anak sulung dari empat bersaudara ini, agaknya, dipengaruhi faktor keturunan. Ayahnya, Almarhum Prawirosuprapto, seorang guru penggemar tenis. Seorang adik ibunya, Mursanyoto, penjaga gawang PSSI pada 1950-an. "Sebenarnya, saya ingin seperti Paman, menjadi kiper nasional," tuturnya.
Sejak SD hingga SMA, Sarengat memang penjaga gawang kesebelasan sepak bola di sekolahnya. Masuk klub Indonesia Muda (IM) Surabaya, ia selalu duduk di bangku cadangan. "Tentu saja saya jenuh," ujarnya. "Terjun ke atletik, semula saya cuma iseng."
Menyadari kemampuannya berlari, ia berlatih keras hingga ujian SMA tidak lulus, 1959. Tahun berikutnya ia berusaha ikut extranee, juga gagal. "Saya mengejar prestasi untuk Olimpiade 1960," ceritanya. Setahun kemudian baru ia lulus SMA.
Sempat bingung meneruskan sekolah karena masalah biaya, ia masuk AD atas saran Letnan Jenderal G.P.H. Djatikusumo. Beroleh beasiswa, ia lantas masuk Fakultas Kedokteran UI. Tetapi, di tahun pertama tidak naik tingkat. "Saya ikut Asian Games IV itu," katanya.
Ia menyelesaikan kuliahnya 1971. Menikah dengan Nani Supratman Titi Utari, S.H., Sarengat dikaruniai tiga anak. Suka menikmati musik, menonton film atau tari-tarian, ia juga gemar membaca. Olah raganya: main tenis dan golf.
Menanggapi atlet berprestasi masa kini, "Baru nongol sudah langsung diberi rumah, mobil, uang jutaan rupiah. Lha, jadi kaget. Mentalnya belum siap. Saya dulu, merangkak dari bawah. Untuk jajan di pelatnas, jual botol kosong," katanya.
|