Nama : MASTINI HARDJOPRAKOSO
Lahir : Mojogedang, Jawa Tengah, 7 Juli 1923
Agama : Islam
Pendidikan : - SD (1937), SMP (1940), dan SMA (1942), Solo
- Nederlands Instituut voor Documentatie Registratuur, Amsterdam, Negeri Belanda (1956)
- Universitas Hawaii, AS (1972)
Karir : - Guru SR, Solo (1945-1950)
- Anggota TP, Solo (1948-1949)
- Pendiri/Guru TK Angkatan Darat (1950-1951)
- Asisten Perpustakaan Lembaga Kebudayaan Indonesia (1953-1955)
- Kasi Pengolahan Teknis LKI (1958-1962)
- Kepala Perpustakaan Musium Pusat (1962-1979)
- Lektor Madya FS UI (1973-sekarang)
- Kepala Perpustakaan Nasional (1980-sekarang)
Kegiatan Lain : - Pembina Sukarela Perpustakaan Pramuka (1982- sekarang)
- Pendiri/Pembina Perpustakaan Yayasan Manggala Wanabhakti (1983-sekarang)
Karya : - Antara lain: Mass Communications in Indonesia: An Annotated Bibliography, AMIC Singapore, 1978
Alamat Rumah : Jalan BDN II/77, Cilandak, Jakarta Selatan Telp: 765983
Alamat Kantor : Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta Pusat Telp: 342529
|
|
MASTINI HARDJOPRAKOSO
Gara-gara mengalami peradangan tenggorokan, Mastini berhenti menjadi guru SD di Solo. Kemudian, pada 1953, oleh seorang kawannya ia diajak bekerja di Museum Nasional, bagian perpustakaan, di Jakarta. "Mulanya saya menolak, karena tidak tahu-menahu mengenai perpustakaan," kata Mastini. Sebelas tahun kemudian, ternyata ia malah menjadi direktur di situ.
"Dahulu orang mengatakan, saya agak kelaki-lakian," katanya. Mastini anak keenam dengan tujuh saudara. Di antara anak-anak Hardjoprakoso -- sebelum meninggal bekerja sebagai pejabat tinggi Keraton Mangkunegaran, Solo -- hanya Mastini dan seorang kakaknya yang wanita. Ketika kakak perempuannya itu menikah, Mastini menjadi satu-satunya wanita di rumah. Ia merasa terjepit, dan sering diejek sebagai anak cengeng oleh saudara-saudaranya. "Kalau saya tidak bertindak seperti laki- laki, saya bisa menyerah. Saya harus survive," katanya.Dengan semangat seperti itulah, Mastini akhirnya mengesampingkan nasihat ayahnya: "Wanita tidak usah sekolah tinggi-tinggi, lebih baik belajar keputrian saja." Tahun-tahun pertama di Perpustakaan Nasional, Mastini tidak pernah enggan bertanya, demi peningkatan pengetahuannya -- bahkan kepada direkturnya sendiri, waktu itu, Dr. Van Der Wouden.
Pada 1955, ia dikirim setahun ke Belanda untuk mendalami ilmu perpustakaan. Di sana, "Saya memanfaatkan waktu luang dengan mengikuti kursus bahasa Inggris." Selain Belanda dan Inggris, ia pun kemudian menguasai bahasa Prancis dan Jerman. Pada 1972, ia mendapat gelar Master of Library Science dari Universitas Hawaii, Honolulu, AS.
Satu di antara gagasannya adalah pameran koran dengan tema "Jakarta, dari Masa ke Masa", 1969. Sejak pameran tersebut, pemerintah, kata Mastini, mulai lebih memperhatikan Perpustakaan Nasional. Sehingga, pada awal 1980-an di situ sudah terkumpul sekitar 600 ribu buku, 12 ribu majalah, dan 18 ribu peta.
Oleh karena, "Masalah pribadi," katanya, wanita yang rajin menjalankan salat lima waktu tidak menikah. Mastini masih senang makan lotek dan gado-gado. Bacaan yang disukainya terutama literatur tentang pendidikan jiwa. Sering pula ia menonton film-film bertema sejarah.
|