Nama : Murti Bunanta
Lahir : Semarang, Jawa Tengah, 1946
Agama : Katolik
Pendidikan : 1. Fakultas Sastra UI (1982)
2. Fakultas Pascasarjana UI (S2, 1986)
3. Fakultas Pascasarjana UI (S3, 1997)
Karir : 1. Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra UI
2. Peneliti sastra anak; Pendiri/Ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak (1987-sekarang)
3. Ketua Society for the Advancement of Children's Literature (1987-sekarang)
4. Ketua Indonesia Board on Books for Young People (1990-sekarang)
5. Komite Eksekutif International Board on Books for Young People, Basel, Swiss (1992-1996)
Karya : 1. Si Bungsu Katak (1997)
2. Legenda Pohon Beringin (2001)
Penghargaan : 1. The Janusz Korzcak International Literary Prize dari Polandia untuk buku Si Bungsu Katak (1997)
2. Des Prix Octgones 2002 €“ et parmi les Reflest d'Imaginares d'Ailleus dari Prancis untuk buku Legenda Pohon Beringin; BIB Honorary Plague 2002 dari Cekoslovakia
Keluarga : Suami : T.S. Bunanta
Anak : 1. Andreas Andikha Bunanta
2. Agatha Anne Bunanta
|
|
Murti Bunanta
Bercita-cita menjadi dokter anak di masa kecilnya, Murti Bunanta kini malah dikenal sebagai pakar sastra anak. Ia bahkan doktor sastra anak pertama di Indonesia, yang kerap diundang berbicara ke berbagai seminar dan memperoleh beberapa penghargaan internasional. Buku pertamanya, Si Bungsu Katak (1997), mendapat hadiah internasional dari Polandia, The Janusz Korzcak International Literary Prize. Legenda Pohon Beringin, bukunya yang lain, mendapat penghargaan dari Prancis.
Sejak kecil Murti memang dikondisikan menyukai bacaan sastra. Ayahnya seorang guru. Ibunya, ibu rumah tangga, sering mendongengi Murti dengan merujiki buku-buku cerita karya sastrawan Indonesia maupun Belanda dan Jerman. €œSaya tidak fasih betul, tetapi hanya mampu membaca semua,€ katanya tentang kebiasaannya membaca buku-buku sastra.
Lulus SMA di Semarang, Murti sempat kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada semester lima, ia menikah dengan T.S. Bunanta, yang lalu memboyongnya ke Jakarta. Ia pun pindah ke UI. €œPeraturannya ketika itu memang tidak bisa pindah begitu saja,€ ujarnya. Untuk masuk ke fakultas yang sama, ia diharuskan mengikuti ujian persamaan yang bisa memakan waktu lama. €œAkhirnya saya masuk ke Sastra Belanda,€ kata Murti yang juga mengajar di Fakultas Sastra UI.
Mengapa ia jatuh cinta pada sastra anak? €œSaya hanya berpikir secara ilmiah, mengapa kita hanya memikirkan sastra dewasa? Padahal, anak-anak juga butuh bacaan sastra,€ ujarnya. Karena itulah, baik untuk jenjang S1, S2, maupun S3 di UI, ia meneliti tentang sastra anak-anak. Disertasinya berjudul Problematika Penulisan Cerita Rakyat untuk Anak di Indonesia, yang membuahkan gelar doktor pada 1997.
Sebagai wujud kepedulian pada bacaan anak-anak, Murti mendirikan Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA), 1987. KPBA kerap mengadakan seminar, pelatihan, dan kegiatan pembacaan buku dan ongeng untuk anak-anak. Kelompok ini ia biayai sendiri. €œSatu sen pun saya tidak pernah mendapat dukungan dari instansi pemerintah,€ kata ibu dua anak ini.
Menurut sang pakar sastra anak, buku bacaan anak yang baik adalah yang mengandung cerita, ilustrasi, dan tema cerita yang saling mendukung. Tapi, sayangnya, katanya dengan prihatin, €œDi sekolah saja tidak pernah diajarkan cara mendongeng atau membaca buku sastra yang baik.€ Karena itulah, Murti juga mengajar ratusan guru agar mahir mendongeng. €œSekarang kita ada kerja sama mendongeng dengan Jepang,€ ungkapnya.
Selain rajin tampil di seminar dan lokakarya, serta menulis di media massa tentang sastra anak, Murti telah menghasilkan delapan judul buku. Di rumahnya di kawasan Permata Hijau, Jakarta, yang dihiasi banyak patung kayu, Murti mengoleksi sekitar 30 ribu judul buku anak-anak dari kira-kira 35 negara.
Murti suka olahraga renang yang dilakukan hampir tiap hari, sesudah sarapan. €œBerenang itu murah dan meriah,€ katanya
|