Nama : MOHAMMAD JUSUF
Lahir : Bone Selatan, Sulawesi Selatan, 23 Juni 1928
Agama : Islam
Pendidikan : - HIS, Watampone
- MULO
- SMA
- Kursus Atase Militer
- Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) 1953
- Advanced Course of Infantry and Airborne Course, Fort Benning, AS
Karir : - Perwira Staf Komando Militer Indonesia Timur (1949- 1950)
- Kepala Staf Resimen Infanteri 24, Manado (1953-1954)
- Asisten Operasi Komando Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (1955-1956)
- Kepala Staf Kodam XIV/Hasanuddin (1959)
- Pangdam XIV/Hasanuddin (1960-1964)
- Menteri Perindustrian Dasar, Ringan, dan Tenaga (1966)
- Menteri Perindustrian (1966-1978)
- Menhankam/Pangab (1978-1983)
- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (1983-sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Teuku Umar 48, Jakarta Pusat
Alamat Kantor : Gedung BPK, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta
|
|
MOHAMMAD JUSUF
Tiap pagi, sebelum pukul tujuh, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini sudah berada di kantornya: Jalan Gatot Subroto 31, Jakarta. Pulang sore hari, hampir pukul tiga. Tiba di rumah, jika istrinya sibuk mengurusi organisasi, tidak jarang ia makan sendirian. Lauk yang disukainya: ikan asin. Minumnya air putih -- dan tidak merokok.
Teguh dalam disiplin, "Yang paling mengesankan bagi saya," komentar bekas sopirnya, "ialah kecermatannya menghargai waktu. Bagaimanapun sibuknya, sembahyang lima waktu dalam sehari tak pernah ditinggalkannya."
Ketika menjabat Menhankam/Pangab, namanya kerap muncul di berbagai media massa. Ia sering mengunjungi barak prajurit di pelbagai pelosok daerah. Selama lima tahun dua bulan itu, menurut seorang perwira staf Hankam, jenderal berbintang empat ini melakukan 411 hari perjalanan dan 172 kali kunjungan kerja. Menempuh jarak 583.122 km, yang menelan waktu 1.233,22 jam.
Ucapannya terekam dalam 650 kaset. Bahasanya merakyat berdialek Bugis. Tegur sapanya kepada prajurit langsung dan akrab. "Berapa anakmu? Sudah kawin apa belum? Mau pilih putri Solo, atau Irian? Senjatamu sudah kau bikin bersih? Bagaimana kualitas jatah berasmu?" misalnya.
Bertugas di BPK, ucapan perkenalannya ialah, "Anggota BPK harus lebih bersih dari yang diperiksa." Terbuka dan tidak suka basa-basi, "Siapa saja boleh mengetahui data dari BPK, asalkan untuk kepentingan negara dan bangsa. Bukan untuk permainan politik," ujarnya.Mengawali tugas baru di BPK, ia melakukan dengar pendapat dengan berbagai pihak. Antara lain, ia mengundang D. Suprayogi, untuk menimba pengalaman bekas Ketua BPK itu. Lalu berbincang-bincang dengan Widjojo Nitisastro, yang berpengalaman di Bappenas. Dari Dr. Roeslan Abdulgani, ia menyerap banyak masukan.
Sementara itu, ia mengadakan perbaikan kesejahteraan karyawannya. Misalnya, "Supaya tidak timbul iri hati di antara sesama rekan, diadakan pembagian tugas yang jelas dan tegas," kata seorang pejabat di sana. "Kepala staf yang tidak dinas keluar, diberi kompensasi tertentu."
Usaha lainnya yang menonjol, Jusuf menyelesaikan Hasil Pemeriksaan Tahunan (Haptah) lebih cepat tiga bulan. "Biasanya, terlambat satu tahun," katanya. Haptah 1981/1982, dan sebagian 1982/1983, diserahkannya ke DPR, 25 April 1984.
Berembuk dengan Kejaksaan Agung mengenai temuan BPK, dinilai seorang pengamat sebagai "Langkah BPK yang akan bertindak lanjut." Lebih menarik lagi, ia kemudian mengundang beberapa menteri, untuk mencocokkan data temuan BPK dengan apa yang diketahui menteri.
Mengandalkan hubungan pribadi, ini dimungkinkan karena ia 'orang lama' di pemerintahan. Ia dikenal sebagai seorang dari tiga perwira tinggi -- dua lainnya Amirmachmud dan Almarhum Basuki Rahmat -- yang mengurus Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), 1966.
Karier militernya mulai sebagai kepala staf Resimen 24 Manado, 1946. Semasa bertugas di Yogyakarta, Jusuf ajudan kesayangan Kahar Muzakkar, yang memberontak pada 1951. Kemudian menjadi asisten Kolonel Kawilarang, ia turut memimpin ekspidisi ke Indonesia Timur, menumpas pemberontakan Andi Abdul Azis.
Bangsawan Sulawesi Selatan ini menanggalkan gelar Andi-nya pada 1950-an. Sempat memangku jabatan sebagai Panglima Kodam XII Hasanuddin, setelah itu ia terus-menerus menjadi menteri, hingga 1983. Tidak hanya lincah dan terampil di lapangan, Jusuf juga mampu bekerja secara tenang, tekun, dan konseptual. Ia menikah dengan Elly Saelan.
|