Nama : MOHAMMAD SADLI
Lahir : Sumedang, Jawa Barat, 10 Juni 1922
Agama : Islam
Pendidikan : - Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta (1952)
- Institut Teknologi Massachussetts, AS (M.Sc., 1956)
- Universitas California, Berkeley, AS (1957)
- Fakultas Ekonomi UI, Jakarta (Doktor)
- Universitas Harvard, AS (1964)
Karir : - Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial Fakultas Ekonomi UI (1957-1962)
- Asisten Rektor UI (1962-1963)
- Guru Besar Fakultas Ekonomi UI (1963-sekarang)
- Menteri Tenaga Kerja (1971-1973)
- Menteri Pertambangan (1973-1978)
- Penasihat Bapindo (1978-sekarang)
- Presiden Komisaris PT Aneka Tambang (1979)
- Anggota Komite Perencanaan Pembangunan PBB (1984-sekarang)
Kegiatan Lain : - Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (1966)
- Presiden Komisaris PT Air Indonesia Transport (1979)
- Komisaris (1980-1982)
- kemudian Presiden Komisaris PT Tifico (1982-sekarang)
- Penasihat Ahli Kadin (1980-sekarang)
- Sekretaris Jenderal Kadin Indonesia (1982-1985)
Alamat Rumah : Jalan Brawijaya IV/24, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Alamat Kantor : Fakultas Ekonomi UI, Jalan Salemba 4, Jakarta Pusat
|
|
MOHAMMAD SADLI
Pada tahun-tahun pertama Orde Baru, ia dipercaya memangku jabatan menteri tenaga kerja. Lalu sebagai menteri pertambangan dalam Kabinet Pembangunan II. Setelah tidak duduk dalam pemerintahan, Mohammad Sadli tiga tahun menjadi Sekjen Kamar Dagang & Industri Indonesia (Kadin). Kemudian, ekonom yang juga bergelar insinyur teknik ini tampil kian mantap selaku pengamat ekonomi yang suaranya didengar orang.
Dalam ulasan-ulasannya, ia menyampaikan kritik yang berimbang dan senantiasa diperciki optimisme, walaupun acap kali dengan ungkapan-ungkapan yang khas. Awal 1983, misalnya, Sadli mengemukakan agar pemerintah mencegah inflasi kantung kosong, seperti pernah terjadi dalam masa Orde Lama. Pemerintah waktu itu, menurut dia, mencetak uang besar-besaran untuk mengadakan dana pembangunan. Padahal, tindakan itu tidak menambah dana secara riil. "Ini menipu diri," ujar Sadli, yang menganggap inflasi 1976, 1979, 1980, sebagai "inflasi kantung penuh".
Sadli tadinya ingin menjadi ahli teknik. Dan kesampaian. Sadli bukan saja berhasil mengantungi gelar insinyur dari UGM, Yogyakarta, tetapi juga meraih M.Sc. di Institut Teknologi Massachusetts, AS. Beralih minat ke bidang ekonomi, ia pernah memperdalam ilmunya di Universitas Harvard, AS. Ia mengajar di UI sejak 1953, perguruan tinggi yang kemudian memberinya gelar doktor ilmu ekonomi.
Keterlibatan Sadli dalam pemerintahan dimulai sebagai anggota tim penasihat ekonomi Presiden Soeharto. Setelah menjabat Ketua Komite Penanaman Modal Asing (PMA), ia akhirnya menjadi menteri pertambangan.
Pragmatis tulen ini tidak jarang tampil sebagai pembela lapisan rakyat terbawah. Inflasi, sebagai tabungan paksaan, menurut dia, paling berakibat buruk bagi buruh tani, petani gurem, dan sejenisnya. Berbicara dalam Rakernas Pembinaan Pengusaha Kecil Kadin di Jakarta, Maret 1985, Sadli dengan kocak mengatakan bahwa para pengusaha kecil memerlukan pertahanan diri yang cukup tinggi. Di sekeliling mereka, katanya, "Binatang-binatang buas ekonomi setiap saat siap menerkam si kecil." Karena itu, mereka harus dilindungi. Pemerintah di mana pun di dunia ini berkepentingan membela golongan kecil, menurut Sadli.
Di samping kerap ditanyai pendapatnya tentang suatu perkembangan ekonomi, Prof.Dr.Ir. Sadli yang sejak 1984 menjadi anggota Komite Perencanaan Pembangunan PBB rajin menulis di sejumlah media cetak, seperti Kompas, Sinar Harapan, dan Tempo.
Ekonom yang humoris ini tetap tinggal di Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang ditempatinya sejak menjadi guru besar UI. Didampingi istrinya, Saparinah, psikolog terkemuka yang juga guru besar di UI, Sadli sehari-harinya menggemari fotografi.
|