Nama : MOCHTAR NAIM
Lahir : Sungaipenuh, Jambi, 25 Desember 1932
Agama : Islam
Pendidikan : - SR (1946), SMP (1948), dan SMA (1951), Bukittinggi
- PTAIN dan FE UII, Yogyakarta (1952-1957)
- Universitas Mc Gill, Montreal (M.A., 1960)
- Universitas New York dan Universitas Singapura (Doktor, 1974)
Karir : - Dosen (1968-sekarang), Ketua Jurusan Sosiologi (1980- sekarang), kemudian Anggota Senat Universitas Andalas (1984- sekarang)
- Direktur Center for Minangkabau Studies (1968-1971)
- Research Project/Director of Higher Education & Development, Singapura (1972-1974)
- Ketua Tim Perencanaan Sumatera Utara, Dept. PU, Medan (1978)
- Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanuddin (1979-1980)
Kegiatan Lain : - Anggota Dewan Penasihat LBH Padang (1982- sekarang)
- Anggota Yayasan Pembangunan Universitas Andalas (1985- sekarang)
Karya : - Antara lain: Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris Minangkabau, Sri Dharma & CMS Padang, 1969
- Bibliografi Minangkabau, University of Singapore Press, 1974
- Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau, GMU Press, 1979
Alamat Rumah : Jalan Cenderawasih 65, Air Tawar Barat, Padang
Alamat Kantor : Jalan Situjuh 1, Padang
|
|
MOCHTAR NAIM
Sosiolog bergelar doktor dari Universitas Singapura ini dikenal sebagai ahli Minangkabau. Tampil dalam Seminar Disiplin Nasional di Universitas Andalas, September 1983, membawakan makalah "Konsep Disiplin dalam Kebudayaan Minangkabau", Mochtar Naim mendapat tanggapan ramai. Di sana ia membagi konflik, yang konon dahulu sudah ada di Nusantara, dalam dua kubu: kekuatan antipoda budaya M dan J.
Ciri pola budaya M (bisa diduga: Minangkabau), katanya, berorientasi horisontal, egaliter, sentrifugal, dan sinkretis. Pada budaya J (Jawa, tentu) pola budaya lokal yang mengarah ke kutub ini jumlahnya lebih banyak dan lebih dominan -- episentra disiplin harus dicari pada orang-orangnya, dan dalam nilai budaya yang membentuk peri laku mereka.
Lalu, di mana berada berbagai masyarakat budaya Nusantara lainnya? "Dalam konteks polarisasi kebudayaan N (Nusantara) ini, dapat diperkirakan bahwa mereka berada di antara kedua kutub J dan kutub M," katanya. Konsep dua pola budaya utama di Nusantara ini memang pernah dikemukakan Mochtar pada kesempatan yang lain, misalnya dalam Seminar Internasional tentang Kesusastraan dan Kebudayaan Minangkabau di Bukittinggi, September 1980.
Masa kecil ilmuwan dari Sungaipenuh, Sumatera Barat, ini cukup sengsara. "Saya lahir sungsang," tutur Mochtar. Ketika ia berusia lima tahun, ibunya meninggal saat melahirkan (juga dengan sungsang) adiknya. Ternyata, cobaan belum cukup. Ayahnya, seorang pedagang kecil, yang menduda, lalu pergi dan menikah kembali.
Kemudian ditampung dan diasuh keluarga ibunya, Mochtar dengan bersusah payah berhasil merampungkan SLA-nya di Bukittinggi, 1951. Para mamak (paman)-nya senantiasa mendorongnya rajin belajar, dan menganjurkannya meneladani para tokoh nasional berasal Sumatera Barat, seperti Hatta, H. Agus Salim, dan Sutan Sjahrir.
Dorongan itu membawa Mochtar merantau ke Yogyakarta. Mula- mula ia masuk UGM, lalu pindah ke PTAIN (IAIN) sambil merangkap kuliah di Fakultas Ekonomi UII. Dua perguruan terakhir sampai tingkat doktoral, tetapi gelar M.A. ia raih dari Universitas McGill, Kanada, 1961. Mengajukan disertasi Merantau: Minangkabau Voluntary Migration, ia memperoleh gelar doktor dari Universitas Singapura pada 1974.
Mochtar tercatat sebagai pendiri Fakultas Sastra Unand, 1980, dan sejak itu ia menjadi dosen sosiologi universitas yang sama. Sebelum itu ia pernah duduk sebagai Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Unhas di Ujungpandang, dan Direktur Center for Minangkabau Studies, Padang.
Mochtar gemar berjalan kaki, misalnya di sepanjang pantai Air Tawar, Padang. Menikah dengan Asma M., S.H., ia dianugerahi empat anak.
|