Nama : Makarim Wibisono
Lahir : Mataram. 8 Mei 1947
Agama : Islam
Pendidikan : - SD, SMP, SMA di Mataram
- Hubungan Internasional Fisipol UGM, Yogyakarta, (S1), 1970
- Australian Foreign Service Training Course
Canberra, Australia, 1975
- Master of Arts Degree, The Paul Nitze School of Advanced International Studies, John Hopkins University Washington, D.C. (1984)
- Master of Arts Degree in Political Economy
Ohio State University, Columbus, Ohio (1986)
- Ph.D. Degree
Ohio State University, Columbus, Ohio (1987)
Karir : 1970-1972 Editor, Express News Magazine
Jakarta, Indonesia
1972-1975 Head of the U.S. Desk, Directorate for American Affairs
Department of Foreign Affairs, Jakarta, Indonesia
1976-1977 Head of the North-American Section
Directorate for American Affairs
Department of Foreign Affairs, Jakarta, Indonesia
1977-1981 Head of Information & Cultural Division
Indonesian Embassy, Brasilia, Brazil
1981-1982 Deputy Director of Trade & Exhibitions
Department of Foreign Affairs, Jakarta, Indonesia
1987-1988 Deputy Director for Information Affairs
Department of Foreign Affairs, Jakarta, Indonesia
1988-1991 Minister Counsellor, Head of Information Division Indonesian
Embassy, Washington, D.C.
1991-1993 Minister Counsellor, Head of Economic Division
Permanent Mission of Indonesia to the United Nations
New York, N.Y.
1993-1994 Director for Multilateral Economic Cooperation
Department of Foreign Affairs, Jakarta, Indonesia
1994-1997 Ambassador, Deputy Permanent Representative
Permanent Mission of Indonesia to the United Nations
New York, N.Y.
1997-Present Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary,
Permanent Representative of Indonesia to the United Nations, New York, N.Y.; concurrently Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary accredited to Guatemala, Nicaragua, Jamaica and the Bahamas
International Positions
1999-Present: Vice-President, Economic and Social Council (ECOSOC), United Nations, New York
1997-Present: Chairman, Working Group of the Non-Aligned Countries on Disarmament, New York
1999: Chairman, ECOSOC Ad Hoc Advisory Group on Haiti
1999: Chairman, Working Group on Disarmament of NAM Summit Meeting, Durban, South Africa
1998: Chairman, Drafting Group on Disarmament of NAM Ministerial Meeting, Cartagena, Colombia
1998: Member, United Nations Task Force on Environment and Human Settlements, established by the United Nations Secretary General
1998: Chairman, Group of 77, New York Chapter
1997: Chairman, Drafting Group on Disarmament of NAM Ministerial Meeting, New Delhi, India
|
|
Makarim Wibisono
Diplomat Karir Pengagum Gus Dur
Jauh sebelum menjadi diplomat karir Departemen Luar Negeri, Makarim Wibisono pernah menjadi editor Majalah Berita Ekspres, 1970- 1972. Berbekal pengalaman sebagai wartawan tersebut, di saat menekuni karir diplomat, Makarim dikenal sebagai sosok yang terbuka dan cukup familiar dengan kalangan wartawan. Ia pun tak segan berbagi ilmu dengan para kuli tinta. Jika ingin tahu lebih banyak diplomasi luar negeri, datangi Makarim. Begitu biasanya ucapan yang beredar di kalangan pencari berita yang kerap bertandang ke Deplu. Ia bisa dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu awak media massa. Apalagi jika terjadi kasus-kasus sensitif yang melibatkan departemen ini. Kendati demikian, ia tak pernah menanggalkan sikap kehati-hatian khas diplomat saat wartawan mencecar dirinya akan suatu informasi penting yang sifatnya rahasia.
Belakangan nama Makarim menjadi perhatian di kalangan diplomasi internasional. Itu lantaran ia terpilih sebagai Ketua Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tentu saja memimpin Komisi tersebut bukan hal yang mudah dan ringan. Apalagi mewakili Indonesia, yang notabene kerap mendapat sindiran pedas jika menyangkut perihal HAM. Tak lama lagi, pada Sidang Komisi HAM di Geneva, 17 Januari 2005 mendatang, Makarim Wibisono akan resmi ditasbihkan sebagai Ketua Komisi dan ia mulailah ia memikul beban yang tidak ringan itu.
“Kiranya keketuaan Indonesia akan dapat menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk memperkenalkan perspekstif nasional mengenai nilai-nilai HAM serta sekaligus memperbaiki dan meningkatkan penghormatan kepada nilai-nilai HAM,” tutur lelaki yang kini masih menjabat Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB ini.
Terpilihnya Makarim adalah hasil lobi-lobi intensif dan tak kenal lelah kelompok negara Asia di PBB. Pada pertemuan kelompok yang berlangsung 18 November lalu, sejumlah negara kunci seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Pakistan secara tegas menyatakan dukungan mereka terhadap Makarim. Beberapa negara Asia lain yang juga memperebutkan posisi prestisius itu akhirnya harus menerima bahwa dukungan terhadap Makarim adalah yang terbesar dibanding terhadap calon lain.
Pertanyaannya, apa yang membuat negara sahabat yakin Makarim mampu menduduki kursi panas ketua komisi? Kompetensinya sebagai diplomat karir rupanya tak bisa dipandang sebelah mata. Berderet posisi di level internasional menghiasi karirnya di Deplu yang bermula pada 1972. Lelaki kelahiran Mataram, 8 Mei 1947 ini pernah menjabat sebagai Chairman Group of 77 (1998), President of Economic and Social Council (2000 - January 2001), Vice President of the United Nations Economic and Social Council (1999), Chairman of the United Nations World Peace Assembly on Interreligious and Dialogue Among Civilizations (2000), Indonesian Ambassador to the Security Council (1997) serta Ketua Tim Antiterorisme untuk APEC (2003).
Sebelumnya, lulusan Hubungan Internasional Fisipol UGM, Paul Nitze School of Advanced International Studies, John Hopkins University, dan Ohio State University ini juga telah teruji dalam menangani hubungan bilateral. Selama 31 tahun pengabdiannya sebagai diplomat karir, Makarim telah merambah ke Brazil, Washington DC, dan terakhir di New York. Kebanyakan, ia mengurusi hubungan ekonomi dan dagang antarnegara.
Berkat pengalamannya di bidang ekonomi luar negeri ini, Makarim diangkat sebagai Dirjen Hubungan Ekonomi Luar Negeri saat Alwi Shihab menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Ketika posisi menlu disandang Nur Hassan Wirayudha, terjadi perampingan organisasi Deplu yang akhirnya mengharuskan Mekarim memimpin Direktorat Asia Pasifik dan Afrika Deplu.
Memiliki minat yang besar untuk berbagi pengetahuan, Makarim membangun sebuah perpustakaan umum di gedung PTRI di 325 East 38th Street, New York, NY,10016. Uniknya, perpustakaan ini ia namai KH Abdurrahman Wahid Library Rupanya, PTRI mempunyai pertimbangan khusus yang cukup menarik di situ. Ini berawal dari seringnya Dubes Makarim menemani bekas Presiden Wahid bertemu dengan berbagai pemimpin dunia dalam berbagai kesempatan di mancanegara.
Rupanya, banyak kalangan pemimpin dan pejabat internasional yang terkesan dengan Gusdur. Misalnya, pengetahuan dan penguasaannya tentang sastra, tradisi, budaya, sejarah, pemikir, dan pemikiran berbagai negara. Mitra Indonesia dan pemimpin mancanegara acap salut atas penguasaan Gus Dur mengenai negara-negara mitra tersebut. "Jadi, kita menggunakan nama KH Abdurrahman Wahid Library untuk mengingatkan bahwa rajin membaca akan mengembangkan horizon dan cakrawala. Dan, ini berarti meningkatkan kapasitas kita untuk mewakili Indonesia di dalam kancah global ini,” ujarnya. Gusdur telah berlalu, adakah Makarim berniat membangun perpustakaan baru dengan nama Presiden anyar?
(sri w/berbagai sumber)
|